Angin dan Daun
Dasar bodoh!
Apa yang kuharapkan?
Bahkan kepada sosok yang pernah menyumbang luka
Sungguh tidak layak!
Tapi demi apa?
Mengapa kau kembali bicara?
Mengapa aku berdebar-debar?
Mengapa aku ingin terus berbincang denganmu?
Dengan kau yang pernah menjajah kalbu
Dengan kau yang sering menyulut bisu
Namun, pernahkah kau menggugu?
Cih, mengarah padaku saja tidak
Dari kita tak ada yang mau
Maka bersyukur kita lebih mampu
Mampu meredam canggung
Kuharap kau lupa akan perasaan bodohku
Karena kau adalah angin: berembus di tiap sudut pikir
Aku adalah daunnya: diterbangkanmu
Maka harusnya kupergi; kau lupakan
Apa yang kuharapkan?
Bahkan kepada sosok yang pernah menyumbang luka
Sungguh tidak layak!
Tapi demi apa?
Mengapa kau kembali bicara?
Mengapa aku berdebar-debar?
Mengapa aku ingin terus berbincang denganmu?
Dengan kau yang pernah menjajah kalbu
Dengan kau yang sering menyulut bisu
Namun, pernahkah kau menggugu?
Cih, mengarah padaku saja tidak
Dari kita tak ada yang mau
Maka bersyukur kita lebih mampu
Mampu meredam canggung
Kuharap kau lupa akan perasaan bodohku
Karena kau adalah angin: berembus di tiap sudut pikir
Aku adalah daunnya: diterbangkanmu
Maka harusnya kupergi; kau lupakan