Tahun 2021 kerasa banget gimana menghadapi rasa takut lalu lega lalu takut lagi. Jadi sebuah siklus, ketakutan bukan hal asing yang baru kaya kemarin kenalan. Bukan. Kadang yang bikin asing adalah apa yang bikin ketakutan itu muncul, belum lagi kalau emosi negatif lainnya ikutan timbul. Tahun baru jadi kepikiran: new year, new fear.

Salah satu ketakutan terbesarku adalah kehilangan. Kehilangan buku catetan aja ngamuk. Apalagi nyrempet bicara tentang kehilangan selama 2021, otak hobi bongkar ulang kenangan ini pasti teringat dengan kehilangan cinta pertama, Bapak.

"Nek kangen Bapak ngko pie no, Da?" tanya Ibuk padaku sepulang dari pemakaman Bapak siang itu. Lalu entah bagaimana tidak sulit kujawab, "Ya didongakne." 

Padahal dalam hati, ya Gusti pie ngko kuat pora:") wkwkkw canda.

Doa. Yang bagian itu aku tidak becanda. Dulu kata Bapak, kekuatan doa sedahsyat itu, menembus batas dunia orang yang masih hidup dengan dunia para ahli kubur. Melihat langsung bagaimana raga Bapak yang biasa tidur di depan TV itu berakhir diangkat-angkat banyak orang dan ditidurkan dalam peluk bumi buatku sadar sejatinya hidup memang perkara mampir. Mengingat Bapak, mengingat bahwa hidup hanya mampir berdoa, sumeh mesam mesem bercerita dengan orang lain, gemati pada keluarga, belajar dan mengajari orang lain, hingga menunggu waktu raga dipendam tanah saja. Sulit-sulitnya hidup seperti memang sudah jatah masing-masing orang, berakhir sempurna tak sempurna tak masalah, yang penting bisa melaluinya.

Seketika itu juga, cemas-cemas kurang ajar yang biasa merayap dalam kepalaku yang liar sedikit lenyap.

Yang penting sudah diusahakan, didoakan, sisanya ya Allah kula nderek mawon. Kalaupun ada yang protes (termasuk diri sendiri), ya sudahlah bagaimana lagi lagian pas kae kan yo ga meneng wae. Dengan mentalitas seperti itu aku ingin dan akan lebih berani menghadapi ketakutan apapun. Jadi, 2022 maju lo, gue ga takut, gue punya Allah.

NB: tolong selepas membaca ini jangan katakan padaku hal-hal haru okee, peace!;)

#30hbc22
#30hbc2201