Sabtu, 28 Mei 2016

Aku masih belum seutuhnya menapaki jati diriku sendiri. Masih banyak hal-hal payah yang menjadikanku lemah. Aku masih belum mampu bernapas sendiri, walau nyatanya aku merasa sendiri. 

Aku belum mampu berjalan sendiri, berjalan di atas kaki-kakiku sendiri. Kadang ironinya, aku berjalan bukan menuju tujuanku, seperti anak kecil, bukan? 

Aku belum mampu tersenyum sendiri. Senyum asli dari lubuk hati atas segala kenyataan yang kuhadapi. Kadangkala aku harus merasa bahagia dulu untuk tersenyum, tapi kembali muram saat menyedihkan. 

Aku belum mampu melihat sendiri. Bukan hanya mata fisik yang berkacamata, tetapi juga mata hatiku. Kadangkala aku terlalu asyik menatap kisah lalu tanpa benar-benar sadar datangnya kisah baru. 

Aku juga kadang belum mampu melihat orang tanpa terbuka sampulnya dulu. Seakan aku masih bodoh membedakan hal baik dengan buruk dan hal baru dengan yang lalu. Singkatnya, aku masih cukup buta memandang dunia sebelum berani menghadapinya.

Tapi tiga tahun terakhir ini cukup menarik. Tak perlu terus-menerus ditilik karena rupanya kini aku terlalu sering menengok ke belakang. Tiga tahun aku membaca serentetan kata-kata indah nan bijak setiap hari dan senangnya itu dari kawan-kawanku sendiri. Kadang aku tersadar sendiri dengan kata-kata itu. Kawan-kawanku hebat dan aku pun. Aku yakin tumbuh sama hebatnya karena aku bagian dari mereka dan mereka juga menyebutku "kawan", bukan? Semoga saja.

Lalu entah kenapa tiga tahun ini terasa tidak begitu cepat berlalu, bukan seperti saat masa sekolahku sebelumnya. Tiga tahun ini terasa padat dan setiap tahunnya ada hal yang berbeda bahkan kadang silih berganti. Bosan itu biasa, tapi rupanya aku sudah belajar tersenyum dalam setiap tahunnya. Meski kadang tetap saja tentang kesedihan, tapi nyatanya aku juga bisa tertawa bersama mereka. 

Bahkan aku bisa menyadari bahwa keseruan dan kebersamaan itu akan segera berakhir. Hal itu karena aku sudah banyak latihan, bukan? Berlatih tersenyum lalu tertawa meski di dalam kesedihan. Sudah kubilang, kawan-kawanku hebat dan aku pun. Ketika aku merasa hanya aku yang sendiri, nyatanya hanya dengan mendengar ocehan mereka, aku merasa bukan satu-satunya. Karena kami sama dan bersama, bukan? Bersama di balik perbedaan, tertawa dalam kekecewaan, aku dan kawan-kawanku hebat selama tiga tahun itu.

Orek-Orekan Salma . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates