Kepadamu Hari Ini, Bukan Kemarin atau Nanti
Sudah cukup lama kita tidak bertemu. Apakah hari-harimu berjalan lancar? Apakah kamu bisa bekerja dengan baik? Sebenarnya aku sangat ingin menghubungimu, tapi aku enggan merepotkanmu. Meskipun perasaan yang kuat tidak benar-benar beranjak dari hati, aku memahami kamu masih perlu banyak waktu untuk menerima semua yang terjadi. Tidak apa-apa, pelan-pelan saja.
Hari pertama kali kita bertemu, itu sudah sangat lama. Mungkin kamu sudah lupa, tapi hari itu kamu tersenyum padaku, manis sekali. Kita pernah jalan-jalan bersama setelah itu. Aku tidak membual, nanti kutunjukkan fotonya. Hari-hari itu menyenangkan. Rasanya aku ingin mengalaminya lagi untuk yang pertama kali, juga untuk yang kedua, ketiga, keempat, bahkan ke berapa kali lagi pun, aku akan sangat bersyukur bisa menghabiskan waktu bersamamu. Tidak harus jalan-jalan ke tempat yang jauh. Makan di resto daging dekat tempat kerjamu atau makan permen karet kesukaanmu sambil mengobrol saja, aku menantikannya.
Saat ini, sudahkah kamu akhirnya membantu banyak orang seperti yang kamu idamkan? Aku selalu percaya kamu punya potensi yang menjanjikan. Kamu memiliki kebaikan yang hangat. Kamu mampu menenangkan orang dengan keahlian dan keyakinan hatimu, seperti yang pernah kamu lakukan padaku. Aku belum pernah menyampaikannya, terima kasih untuk tidak meninggalkanku waktu itu. Semuanya benar jadi baik-baik saja, seperti katamu. Saat ini pun, jika ada suatu hal yang membuatmu takut, tidak apa-apa. Aku akan menemanimu makan yoghurt di pagi hari. Aku tidak akan bosan menghabiskan masakanmu. Aku akan duduk di sampingmu ketika kamu berlatih menjahit untuk operasi. Aku mengusahakan memori-memori baik yang berharga tidak pergi meninggalkan ingatanmu, agar tentang kita tetap hidup dengan hangat di dalam dirimu.
Tidak usah dipaksakan. Kamu tidak harus memahami semuanya sekarang. Lupakan saja isi surat ini kalau membebanimu. Aku bisa menyampaikannya padamu lagi dan lagi, setiap hari.
Apa saja asal kamu bisa tertawa dan tidak menderita, aku mendukungnya.
Tunanganmu,
Sanpei Tomoharu.
![]() |
Source: @unmet_ktv |
Catatan:
Tulisan ini terinspirasi dari drama Jepang yang berjudul Unmet: Diary of a Brain Surgeon. Drama medis tersebut mengisahkan tentang dokter bedah saraf, Kawauchi-sensei, yang kehilangan ingatan dua tahun terakhirnya setiap bangun tidur di pagi hari. Padahal dalam dua tahun itu, ia telah bertunangan dengan sejawat dokter bernama Sanpei Tomoharu. Tulisan ini adalah surat yang seolah-olah ditulis Sanpei Tomoharu kepada Kawauchi-sensei.