Gara-Gara Ray
Aku pernah membaca novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye. Tokoh utamanya bernama Ray. Aku sempat heran mengapa Ray sangat suka menatap bulan. Maksudku, apa yang istimewa dari hanya menatap sebuah bulan? Suatu waktu aku mencobanya. Aku menatap bulan beberapa kali, dari yang bentuknya melengkung bagai tersenyum padaku sampai yang melingkar sempurna bagai lampu. Pernah juga kuberi batas waktu 5 menit, tapi aku harus berusaha selalu menatap bulan. Aduh, Ray, aku sampai terobsesi begini :v
Tidak begitu banyak yang kutemukan setelah menatap bulan. Banyak hal sama kutemukan. Semakin lama dan tajam kupandang, di wajah bulan purnama itu terdapat lengkung warna hitam dan putih, seperti yin dan yang. Hal lain yang kutemukan hanya awan yang bergerak pelan tapi pasti di sekitar bulan. Eh ada satu lagi hal yang terbesit ding, yaitu kalimat
"Love you to the moon and back."
Kalimat yang uwu itu tiba-tiba saja teringat setelah aku menatap bulan purnama. Apa maksud kalimat itu? Setelah menggabungkan kekuatan imajinasi dan sinyal internet, aku simpulkan bahwa kalimat itu menggambarkan betapa besar cinta seseorang. Tolak ukur cintanya jarak PP bumi-bulan, wadaw. Memang ada penjelasan tersendiri tentang asal usul kalimat itu digunakan kok, tapi aku tidak akan mengupas tuntas di sini.
Jadi apa? Jadi, menatap rembulan cukup menenangkan, tapi kalau akhirnya aku teringat tentang cinta, hmm, aku tidak berminat mengukurnya dengan jarak bumi-bulan. Meskipun banyak kali aku bertanya sendiri, "Emang kau siapa? Seberapa besar cintamu?" Ya memang buat apa diukur. Mending dibuktikan apakah sama-sama betah, mungkin seperti aku mencoba menatap rembulan karena Ray. Etetet, tapi bukan buat permainan ya.
Aku tak tahu
Sebesar apa cintaku
Sebab tak ada alat ukurnya
Sebab tak ada satuan ukurnya
Maka aku tak mempermainkannya
-@salmafau_ , Aku Tak Mempermainkanmu
@30haribercerita
#30haribercerita
#30hbc2012
