Sabtu, 04 Januari 2020


"Nasi sudah jadi bubur."⁣
Peribahasa terkenal itu artinya menyesakkan sekali. Menurut KBBI, peribahasa tersebut berarti perbuatan yang sudah terlanjur dan tidak dapat diperbaiki lagi. Yah, atmosfernya pasrah sekali. Membacanya pun membuat aku teringat pada masa-masa gagal menggapai sesuatu. Namun, aku pernah menemukan coretan di salah satu kantin di fakultasku.⁣
"Nasi sudah jadi bubur, tapi masih bisa dinikmati."⁣
Aku tersenyum membacanya untuk kali pertama. Siapapun yang menulisnya di atas seng warna hijau pudar itu, terima kasih. Lagi-lagi kata-kata sederhana menyadarkanku. Aku menerima peribahasa yang dilanjutkan itu sebagai upaya penerimaan diri sendiri bahkan saat gagal sekalipun.⁣
Jujur, aku merasa prihatin dengan banyaknya fenomena insecure, overthinking, toxic positivity, dan mental illness yang berujung bunuh diri. Bukan apa-apa, tapi aku juga pernah merasakannya. Saat orang lain memberi semangat, tapi kenyataan memang sudah tidak dapat diubah, memang apa yang perlu diperjuangkan lagi? Kadang aku kesal, tapi semakin ke sini aku mulai paham. Saat realitas selalu saja tampak keras dan diri mulai menunjukkan tanda-tanda yang mengancam waras, aku perlu memperjuangkan diri sendiri. Aku perlu menerima diriku sendiri, memaafkan diri sendiri.⁣
Selama masih ada usia, mungkin itu pertanda Allah masih memberi kesempatan di dunia. Ga papa, besok berjuang buat yang lain lagi ya. Ga papa, bubur juga bisa dinikmati.⁣
#30hbc2004⁣
#30haribercerita

Orek-Orekan Salma . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates