Jumat, 24 Januari 2020


Kali pertama kalimat itu lahir kala senja di tahun 2016. Kupikir bagus juga, kukicaukanlah ia di twitter. Ia lahir begitu saja, tanpa tujuan spesifik sebenarnya. Mungkin saat itu kepalaku sedang panas-panasnya beraksara, jadi muncul saja kalimat itu dalam kepala. Namun, di hari-hari setelahnya, tanpa kusengaja kalimat itu masih bekerja. Bahkan sekarang aku bisa menyebutnya sebagai mantra.

Kalimat itu lewat saat aku lagi-lagi teringat tentang kisah yang tak penting lagi kuingat. Saat yang lampau harusnya cukup di masa lampau, tapi aku masih belum ikhlas, kalimat itu menjadi batas. Aku diingatkan untuk waras.

Kalimat itu hadir saat nafsuku begitu mahir menyihir untuk tenggelam dalam kenang. Saat aku harusnya belajar, tapi kenangan kurang ajar terngiang-ngiang, kalimat itu datang. Aku diingatkan untuk tenang.

Kalimat itu menampar kala harapanku pada manusia sudah begitu besar. Saat menanti centang biru menjadi pesan baru, tanpa sadar aku berharap lebih. Bukan. Bukan manusia sebaiknya tempat berharap. Kalimat itu bukan wujud pesimis, tapi mencegahku terlalu utopis.

Tidak akan pernah ada. Tidak akan pernah datang. Kalau memang ada yang kuingin, pada Yang Maha Kaya seharusnya tempat berharap.

@30haribercerita
#30haribercerita
#30hbc2024
#30hbc20mantra

Orek-Orekan Salma . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates