Pojok Jingga Surakarta

Pojok Jingga Surakarta

Posted by Salma Fauzia W on Desember 29, 2015 in Puisi,

Lagi-lagi kuterpana
Tatap awan terciprat jingga
Sapu pandang di lembut biru langit
Titi senja di Surakarta

Sendiri di pojok barat
Jingga bercahya di atas kota
Cahya tusuk celah daun angsana
Alami rias angkasa
Panorama langit bak pantai
Ingin dipandang penikmat senja
Larang toleh lain jingga
Ah, langit...
Kau ada-ada saja

Pojok lain keruh kelabu
Sirat jingganya setipis bulu
Bukankah senja?
Tapi jingga sepojok saja
Bagaimana bisa?
Sungguh kuasa Tuhan luar biasa

Surakarta...
Pertama kujumpa senjamu
Berbeda, pikirku
Surakarta...
Mari terpana lagi di lain masa
Kumendoa senja tetap beda
Kumendoa sempat lebih lama

Continue Reading

Biru Langit Senja

Biru Langit Senja

Posted by Salma Fauzia W on Desember 25, 2015 in Puisi,

Menyudut di belantara ingat
Sebidang biru di hamparan jingga
Birunya lembut sempurna
Pesona elok di mata
Pandang kami memburu
Lisan kami bersyukur haru

Awan-awan tipis melekat
Sirat sinar mentari menyiprat
Ia tetap biru terlihat
Bak lambai menyapa, "Selamat datang pada senja"
Tapi, mengapa?
Kawan lain jingga membentang
Teguh biru memampang
Ia begitu setia pada siang
Astaga, senja-Mu indah berbeda

Oi, biru senja...
Mampukah kami teladani?
Kaji toleransi bagi negeri
Jaga rukun dikerumun perbedaan
Cipta Bhineka Tunggal Ika tak sebisu kata
Atau pita kaki garuda
Tapi implementasi nyata

Continue Reading

Bencana Dunia

Bencana Dunia

Posted by Salma Fauzia W on Desember 23, 2015 in Puisi,

Sampah, asap, polusi
Merajalela di muka bumi

Gedung-gedung pencakar langit

Terbangun pahit

Kondisi alam makin berbelit

Bumi menjerit

Pohon-pohon mati

Satwa ikut musnah

Hujan turun tak tahu arah

Mendung menggantung di tengah-tengah

Sang surya bersinar marah

Alam murka

Muntahkan sampah limbah

Tumbangkan pencakar langit

Timbun rumah dengan tanah

Bencana datang

Merintih kesakitan

Mengeluhkan bantuan

Lalu, salahkan pemerintah?

Siapa salah?

Limbah dan sampah dibuang sembarang

Pohon menjulang liar ditebang

Lalu, apa guna para slogan itu?

Kawan, reboisasilah!

Demi bumi yang rindang

Kawan, selamatkan flora fauna!

Demi ekosistem terjaga

Kawan, buang sampah ditempatnya!

Demi indahnya dunia

Continue Reading

Masa Kecilku

Masa Kecilku

Posted by Salma Fauzia W on Desember 23, 2015 in Puisi,

Aku tersadar
Masa kecilku telah pudar
Pudar ditempa waktu
Pudar ditempa beratnya dunia

Dulu...

Di sawah itu kubermain

Menyusuri jalan lurus ditengahnya

Cipratkan air jernih disana

Kini, kemana perginya?

Dulu...

Di tanah lapang, kutantang mentari

Di atas pasirnya, kaki mungilku lari

Terbangkan kresek hitam tinggi

Kini, kemana hilangnya?

Oh, begitu rupanya

Jiwa kecilku telah hilang

Tinggalkan kenangan membentang

Yang kini bersemanyam dalam raga remaja

Dan kutahu sebabnya

Sawah dan sungai kecilku...

Perlahan jadi jajaran perumahan

Tanah lapangku...

Berganti jadi tembok bangunan

Wahai bapak arsitek!

Tidakkah kau kasihan padaku?

Mengapa areal masa kecilku?

Tiadakah lahan lain di dunia ini?!

Wahai para pemegang saham!

Tidakkah kau kasihani buruh dan tani?

Tiap hari mereka berimu suap nasi!

Yang kau makan 'tuk sambung hidupmu!

Tak dapat kuulangi

Sorak sorai bersama kawan-kawanku

Tak dapat kumelihat

Sesuatu yang obati rindu

Kenanganku tertimbun bersama beton itu

Kenanganku kandas sisakan haru

Continue Reading

Semangat Emas

Semangat Emas

Posted by Salma Fauzia W on Desember 23, 2015 in Puisi,

Prestasi perlambang nama
Sekeping emas menggantung di dada
Kemilaunya...
Bak sinari lapangan upacara
Senyumnya...
Penuh peluh pengorbanan
Sorot matanya bangga
Mengangkat nama sekolah setinggi angkasa

Aku hanya berdiri tegar
Mataku berbinar
Silau emasnya menggugah impiku
Semangat baru terbakar dalam jiwaku
Membangun ambisi yang layu
Ambisi ikut berdiri disana
Berselubung sorak sorai dan tepuk tangan
Diiringi eluan lagi siulan
Melenyapkan sedu sedan
Kuingin harapan jadi kenyataan

Continue Reading

Puisi Seelok Dirimu

Puisi Seelok Dirimu

Posted by Salma Fauzia W on Desember 05, 2015 in Sekadar Coretan,

Aku masih kalah
Aku masih lemah
Aku masih payah
Tapi aku belum lelah
Tapi aku belum menyerah

Akan kubuat puisi seelok dirimu
Dirimu yang menghunjam kalbu
Kalbu yang menculik waktu
Waktu yang menghantu
Hantu perangaimu yang abu-abu
Hingga sirna, berlalu

Akan kutulis puisi setegap punggungmu
Punggung yang kukenang
Kenang yang kubentang
Bentang yang kuawang
Awang yang berlapang
Hingga yang kutawan hilang

Akan kubungkam kau dengan puisi itu
Tancapkan paham pada logikamu
Tanggalkan senyum pada bibirmu
Tinggalkanku pada isi kalbu

Continue Reading

Lena Kian Menyiksa

Lena Kian Menyiksa

Posted by Salma Fauzia W on November 20, 2015 in Sekadar Coretan,

Apa yang aku lakukan selama ini?
Apakah waktuku habis demi kebahagiaan sejenak dan keberhasilan palsu itu?
Sudahkah habis?

Jika sesal yang kutorehkan kini, kutahu takkan mengubah apapun
Bahkan jika aku hanya menghimpun mereka, kuyakin akan semakin menyedihkan
Bodoh! Benar-benar!
Sial, keterlaluan!
Entah apa yang kusesalkan, aku resah
Entah seberguna apa berhasil selama ini, aku terus berpasrah
Sudahkah aku di ujung menyerah?
Ataukah masih akan ada yang merekah?
Kegagalankah?

Cinta abu-abu, jawaban palsu, kenang pilu, kebisuan kelu..
Itukah yang kuelu-elu?
Betapa indah bersemanyam dalam raga penuh hasrat
Namun, jiwanya tak selalu berbanding lurus dengan semangat
Masih sudikah aku menengadah?
Menatap lantang yang lebih megah
Tentu jelas, aku meremehkan waktu
Merasa yakin ia akan hebatkanku
Tanpa sadar menghasut dan lenakanku

Aku terbelenggu!
Jangan, Tuhan! Jangan!!

Mungkin aku hanya merasa sendiri
Berjuang hingga lupa apa yang dicari
Atau mungkin belum lagi percaya sekitar yang hanya bermuka peduli

Continue Reading

Senja Desember

Senja Desember

Posted by Salma Fauzia W on Oktober 30, 2015 in Sekadar Coretan,

Di awal senja itu, Tuan
Ingatkah kita pernah beriringan?
Pada diksi-diksi yang kuagungkan
Menjabarkan perihalmu

Anginnya juga ribut, Tuan
Menggodamu berharap hujan
Padahal sepeda buat tumpangan
Dan semua perbincangan
Mempersingkat jalan
Rindukah?

Senja itu menua, Tuan
Kelananya jauh dibelenggu waktu
Benakku mundur memburu
Entah selalu kurasa baru
Apapun itu takkan terulang, bukan?

Continue Reading

Ibu Sajak-Sajak

Ibu Sajak-Sajak

Posted by Salma Fauzia W on Oktober 26, 2015 in Puisi,

Seringnya tertuju padamu
Awetkan rindu pilu
Pelihara getir luka
Menimang rasa asa

Maaf, aku menjebakmu
Rekatkan pada sajak-sajak bisu
Kujadikan kau ibunya
Kutangkap kala ide berkelana
Kuingat kau pernah jadi kita
Hingga pudar digerus masa

Maaf, aku menjagamu
Rangkaikan pada baris kata
Kujadikan kau muara
Pelabuhan tempatku bermajas
Hingga nanti kemana kau pergi
Sejauh entah tetap kulihat disini

Continue Reading

Rasuk

Rasuk

Posted by Salma Fauzia W on Oktober 23, 2015 in #puisimalam,

• Bayang wajahmu kembali merasuki benak. Kelananya seketika lenyapkan logika dan merusak.
• Ingatan tentangmu menjelma ide, merasuk dalam puisi malamku. Karena ia sudah terlalu banyak beranak pinak di benakku.
• Puisi, cara paling sunyi memberitahumu: kau telah banyak merasukiku.
• Badai terhebat dalam kalbuku ialah rasukan nasehatmu, Ayah. Ia menghantam, meluruskan pola rasaku.

Continue Reading

Tanah

Tanah

Posted by Salma Fauzia W on Oktober 21, 2015 in #puisimalam,

• Tanah kotaku sariawan, lama tak mencumbu hujan. Sekalinya berciuman ia kehilangan hutan.
• Tanahku merdeka dibakar nafsu meraja, airku melangka tanpa dapat iba: tanah airku Indonesia.

Continue Reading

Abu-Abu Naifku

Abu-Abu Naifku

Posted by Salma Fauzia W on Oktober 19, 2015 in Puisi,

Kau takkan mengerti
Aku bimbang
Bak daun melayang
Entah dibawa angin terbang
Atau terhempas di padang

Tak harap rindu
Hanya tambah bisu
Hanya picu sedu
Tolong jauhi aku
Aku ingin lupakan itu
Ah, aku hanya naif
Jejakmu isu sajakku
Terpaku biru pada ngiangku
Kadang menyusup senjaku
Merenggut diamku
Bagaimana lupa?

Ah, aku hanya naif
Aku cinta lukamu
Dan cinta abu-abuku

Continue Reading

Lubang

Lubang

Posted by Salma Fauzia W on Oktober 16, 2015 in #puisimalam,

• Kau pemain, aku ring lingkaran. Bola basket itu cinta, Tuan. Kadang masuki lubangku atau terpental di lain kawasan.
• Kutemukan kau dalam sajakku yang lubang. Perihal jiwanya jarang sejak perihalmu yang hilang.
• Tiap insan tak terperosok lubang, sebab tuntunan kebenaran. Maka sebaik-baiknya mencinta ialah mencintaimu, Tuhan.
• Lubang-lubang selalu tanggal seiring kenang mengiang. Sial, Tuan! Hasrat mencintaimu kian merangsang.
• Juang kadang berlubang, semangat kadang berkurang, tekanan kadang mengekang. Tapi tekun takkan buat mengusang.

Continue Reading

Sunyiku Jadi Teman Baru

Sunyiku Jadi Teman Baru

Posted by Salma Fauzia W on Oktober 11, 2015 in Sekadar Coretan,

Aku hanya teman baru
Tak tahu menahu kau dan mereka
Kau pikir aku bisa apa?
Hanya "apa-apa" yang kau kata
Menolak ingin tahuku

Resmikah aku jadi temanmu?
Jika kita hanya berbagi bisu
Ganjalku jadi belenggu
Akankah berakhir sendu?
Menapakkan lagi pilu
Berhulu di kelopak mataku
Deras tiba di hilir ujung dagu

Sudahkah aku sudi?
Menjadikan kita saling berbagi
Berbagi suka asli
Berbagi duka diri dan hati
Tanpa cinta basi
Bukan persahabatan sunyi

Continue Reading

Melangit Mengangan

Melangit Mengangan

Posted by Salma Fauzia W on September 18, 2015 in Puisi,

Membentang, membiru
Awan tak tergantung
Meninggi, mengasa
Menawan tak tergapai
Perihal kita hanya insan
Dinaungi kepanasan
Berlari terseok kegagalan

Jingga bercahya
Indah menghasut mata
Perihal kita hanya insan
Mengenyam senja Tuhan
Mengulum kegirangan
Salahkah berharap?
Tak!
Gundahnya tak berbuah

Continue Reading

Sunyi

Sunyi

Posted by Salma Fauzia W on September 13, 2015 in #puisimalam,

• Asaku menepi. Teriak dalam sunyi. Siapa peduli? Mereka lagi? Sesaat lalu pergi. Hanguslah hati.
• Bak bintang membentang. Berkedip tengah kelam. Tinggi tak tergenggam. Bercahya penuh kesunyian.
• Berdua bersamamu, pena, menulis puisi. Malam panjang ini saksi sunyi majas rimaku mengadu.
• Sunyi puisi teriak lantang. Memaki malam menemani. Penulis tak peduli. Pikirnya senyap dihantam sepi.

Continue Reading

Redup

Redup

Posted by Salma Fauzia W on September 04, 2015 in #puisimalam,

• Mengadukanmu pada puisi; caraku menyalakan asa yang mulai redup nan menyampah di sudut pikirku.
• Bak jingga senja yang meredup, seindah itukah anganku kau tutup?

Continue Reading

Pelangi dalam Air

Pelangi dalam Air

Posted by Salma Fauzia W on September 03, 2015 in Sekadar Coretan,

Hidup
Dia masih hidup
Tidak, lebih layak bagai pantulan
Dikuburi mimpi khalayak bodoh
Memandangnya pun sakit
Tersilau cahaya surya
Bahkan awan putih diatasnya
Memberikan kegelapan

Hanya bayang
Indah pantulan dalam gelombang
Sekilas keras
Terombang-ambing arus

Bodoh
Bayang itu penuh harapan
Kupendam dalam
Kuingat erat
Bayang indah dalam air
Pantulan impiku tergulir

Continue Reading

Jalan Kenang

Jalan Kenang

Posted by Salma Fauzia W on Agustus 28, 2015 in Puisi,

Kembali tatap jalan kenang
Menyimpang belok jadi dua
Pernahkan kita?

Sepeda...
Mencium aspal
Tanpa kekal
Itukah terhafal?
Perihalku sejumput kalbu
Perihalmu senyap kelabu

Rindukah dikau?
Kita yang kacau
Kukemas kisah
Melambai pasrah

Continue Reading

Langit

Langit

Posted by Salma Fauzia W on Agustus 28, 2015 in #puisimalam,

• Kau bak langit kutatap lekat tanpa sekat, perihalku burung mendekat menggapaimu yang kasat.
• Kala langit senja datang, aku tertawan karenamu dalam balutan luka.
• Jika aku keluarga langit, akulah bulan yang senantiasa mengharap cahya-Mu.
• Tuan, kau langit kalbu; kukenang, kupikat. Tapi Dia surya pengharapan; kusembah, kuingat.

Continue Reading

Rekah

Rekah

Posted by Salma Fauzia W on Agustus 23, 2015 in #puisimalam,

• Ia hidup. Rekah tersirat dalam sajak bisu. Meraung mengadu dikabulkan. Tunggu kusedang memimpikannya.
• Parasmu merekah dalam ingatan basi. Setelahnya gentayangan bagai hantu menghuni naluri.
• Dimana mahkota yang dulu menghuni kalbu? Hei, rupanya telah merekah menanti lebah pengisap madu!

Continue Reading

Ranum

Ranum

Posted by Salma Fauzia W on Agustus 21, 2015 in #puisimalam,

• Tekadmu yang ranum itu telah menyampaikan salamnya padaku. Oh sayang, sekarang sudah busuk rupanya!
• Buah ranum itu bak rasaku yang menggantung. Tatkala lelah, ia akan jatuh dibusukkan semesta.
• Hilang. Impiku tinggal kulit buah ranum yang terkelupas pisau kenyataan lalu terbuang malang.
• Hidupnya telah ranum kiranya. Hei, masa depan menyapanya! Akankah ia temukan manis rasa?
• Majas jatuh di ujung rima. Pohon puisiku akan berbuah ranum perasaan yang anganku kaupetik darinya.
• Secepat jingga hias ranum senja lalu dilebur langit gulita. Asaku telah pudar, sia.

Continue Reading

Tahun Terakhir

Tahun Terakhir

Posted by Salma Fauzia W on Agustus 16, 2015 in Puisi,

Dia makin tua
Tinggalkanku remaja
Ingatkah kecil?
Nyali tak terkucil
Kau yang menjail
Sialan kau, Kak!
Aku terjebak
Tersapu kenang mungil

Dia akan pergi
Gagas para impi
Ujung tahunnya...
Hauskan kenang berharga
Sialan kau, Kak!
Tunggu aku, congkak!

Continue Reading

Merah

Merah

Posted by Salma Fauzia W on Agustus 16, 2015 in #puisimalam,

• Rona merah yang kau tanggalkan di pipiku senja itu, berhasil sembunyikan lebam pilu biru di hatimu.
• Mereka deraikan darah yang sia ketika tahu merah putih hanya puncak pusaka saja.
• Tak perlu memerah. Luka ini sudah merekah sakit tanpa teteskan darah.
• Tak peduli pagi putih atau senja memerah. Kalau si merah putih cuma mayat pengorbanan yang mendesah.
• Nafsumu menghauskan darah. Masih adakah hati yang akan kau buat luka merah?

Continue Reading

Hilang

Hilang

Posted by Salma Fauzia W on Agustus 14, 2015 in #puisimalam,

• Hantu-hantu masa lalu mengiang. Sayup bisikkan kenang. Nalarku menerawang. Luka menembak, hilang.
• Adegan-adegan itu takkan hilang. Ia akan selalu membentang tatkala puisiku membaitkan kenang.
• Bungkam sudah. Harapku terhujani basah. Hilang tertaut hikmah. Lenyap terhasut pasrah.
• Kau hujan yang hilang tak bekaskan jejak. Luka-lukamu kusajak agar kau tahu itu terlalu menapak.

Continue Reading

Bara

Bara

Posted by Salma Fauzia W on Agustus 13, 2015 in #puisimalam,

• Sekepul bara menguar dari puisiku. Kelananya mengasap langit bintang. Bisiknya bangunkan kenang.
• Bait sajakku membarakan asa. Peluklah ia. Temukan kedamaianku hangat di dalam siratannya.
• Bara tekad bakar jalanku. Luka duka ikuti langkahku. Abu asapnya menuntunku pada muara takdirMu.

Continue Reading

Dosa

Dosa

Posted by Salma Fauzia W on Agustus 13, 2015 in #puisimalam,

• Dosa meluber. Pahit pilu luka tercecer. Nurani suci tergeser. Pantaskah aku pulang?
• Dia orang tak punya. Amalnya hampa membayar sejagad dosa di dunia.
• Mereka tak acuhkan dosa. Lepaskan nafsu merajelela. Cinta mereka buta tak sisakan cahaya.

Continue Reading

Hujan

Hujan

Posted by Salma Fauzia W on Agustus 13, 2015 in #puisimalam,

• Jika kuawan, ingin hujani hatimu dan jatuhkan rasa tak bertepi. Walau nanti kukalah indahnya pelangi.
• Hujan di mataku tak berkata. Ia hanya jatuh lalu lenyap penuh luka.
• Hujan rabunkan penglihatanku. Kemanakah sinarmu surya? Kemarilah, rubah wajahku seindah pelangi.
• Sepanjang sepi dalam sukma, kau tiba ramaikan hujan di mata. Gelagatmu berubah pisau menggundah gulana.
• Aku: si embun yang dileburkanmu, si bunga yang dihinggapimu, si hujan yang dinantikanmu. Itu, cukuplah khayal bagiku.
• Air matamu, Ibu, barangkali hujan tersuci nan tulus pertanda kesedihan Tuhan atas dosa-dosaku.

Continue Reading

Surat

Surat

Posted by Salma Fauzia W on Agustus 13, 2015 in #puisimalam,

• Surat itu masih disini. Bertemankan sepi. Enggan kau kuberi. Takutnya luka yang kutemu nanti.
• Biar angin malam menghantar salam rinduku lewat surat dari hati yang terus meneriakkan namamu.
• Kukirim surat dari do'a tanpa tujuan. Karena tak ada alamat yang lebih indah daripada-Mu, Tuhan.

Continue Reading

Kopi

Kopi

Posted by Salma Fauzia W on Agustus 13, 2015 in #puisimalam,

• Kopi hitamku pekat namun terhias hangatnya cahaya harapan seraya mengusir manismu dari ingatan pahitku.
• Manismu sejenak kopi, pahitmu terlarut-larut dalam genangan luka menghitam keujung ampas kelam.

Continue Reading

Luka Lama Senja

Luka Lama Senja

Posted by Salma Fauzia W on Agustus 03, 2015 in Sekadar Coretan,

Remang senja sorot sekolah tua
Samar bercahya di atas kepala
Mantap jemarimu ayunkan bola
Melayang tinggi ranggah besi melingkar

Sial, kau kembali menawan
Kuyup seragammu dibalik jas almamater itu...

Hei, ada gadis girang rupanya
Pipinya rona main bola basket denganmu
Nikmati kerennya peluhmu
Oh sayang, itu bukan aku

Ponsel tua kuberdua
Menelan luka di ujung senja
Apalah kubiasa
Toh dia kawanku jua

Kembali senja
Ajariku luka lama
Kau canggung
Aku membisu
Hingga dia berharap padamu

Continue Reading

Sesaat

Sesaat

Posted by Salma Fauzia W on Juli 31, 2015 in Puisi,

Aku mengerti
Tapi rasaku sepi
Asaku menepi
Teriak dalam sunyi
Siapa peduli
Mereka lagi?
Sesaat, lalu pergi
Hanguslah hati

Continue Reading

Pengalaman Kelam

Pengalaman Kelam

Posted by Salma Fauzia W on Juli 29, 2015 in Sekadar Coretan,

Rasanya baru kemarin aku memulai
Ah, aku memang payah
Jika aku lebih cerdas melakukannya,
pasti aku bisa kembali ke lapang itu
Apa aku salah memilih tujuan?

Hampa
Pikiranku hampa
Terbesit ingatan sia
Aku juga tak punya lagi kesempatan
Sebutlah aku si bodoh yang tak tahu ampun
Syukur ya tetap kutorehkan
Tapi, pengalaman saja cukup?

Sudahlah, ingin kulupakan tapi beban mental itu...
aku bisa?
Terima kasih Ya Allah juga dunia
Pengalaman telah mengguruiku lagi
Kelam sifatnya

Continue Reading

Inikah Diriku?

Inikah Diriku?

Posted by Salma Fauzia W on Juli 24, 2015 in Sekadar Coretan,

Perlahan tapi tak pasti
Sombongnya jika membuang nikmat ini
Bodoh, selalu
Harus, kutahu
Lalu kenapa tetap tak bergerak?
Lupakah?
Hanya hasrat yang berputar jauh
Mengelilingi raga yang menjenuh
Mencari arti sampai mati
Tinggal tunggu penyesalan hati
Berirama sedu
Tidak! Aku hanya dilema
Merasa terkekang bersama mimpi melantang
Bangkitkan semangat tanpa perlakuan
Inikah diriku?

Continue Reading

Semangat Asa Laku Buta

Semangat Asa Laku Buta

Posted by Salma Fauzia W on Juli 15, 2015 in Puisi,

Hasrat tinggal semangat
Melonglong dalam kelabu
Mengusik nikmat palsu

Buta...
Sungguh buta
Bayang kupercaya?
Apalah aku ini
Eja bunyi sunyi
Lirih kobarkan asa
Hantu mimpi mencuak
Tak jauh daku mengepak
Harap bangga menapak
Harap asa menggertak

Continue Reading

Harapku Nanti

Harapku Nanti

Posted by Salma Fauzia W on Juli 07, 2015 in Sekadar Coretan,

Begitu menyedihkan
Aku tak paham dengan masa depan
Tapi, aku cemas
Untuk apa?
Jadi diri sendiri pun susah

Firasatku tak begitu buruk
Apa itu cukup?
Angin pun tak selamanya menenangkan
Tak juga ragu
Tapi, tak mungkin ke masa itu
Indahnya hanya terpancar dalam benakku
Rayu sayu ajak kumerindu

Tidak!
Kubawa harap itu ke masa depan
Mengusahakannya penuh angan
Meski mereka masih lain
Meski luka masih terukir
Akan kutahan hingga terwujud!

Aku pasti kembali
Rasakan masa itu lagi
Atau menjadi lebih baik
Di masa depan nanti

Continue Reading

Firasat Kalbu

Firasat Kalbu

Posted by Salma Fauzia W on Juni 25, 2015 in Puisi,

Kau datang
Kala harapku tumbang
Teriak mengerang lantang
Tertancap pada keyakinanku
Usir sangka kelabu

Kau jawaban ilahi
Bersemayam dalam nurani
Aliri lorong hati
Hantar solusi pasti
Tegaskan langkah hidupku

Kau sirna
Singgah sejenak masa
Hilang ditengah asa
Pusaran tak lagi kurasa
Mengendur dekapan jiwa

Bekaskan belenggu
Dirimu...
Firasat kalbu

Continue Reading

Di Tengah Lapang

Di Tengah Lapang

Posted by Salma Fauzia W on Juni 24, 2015 in Puisi,

Kaki kami menghentak
Suara kami menggertak
Penat kami menapak

Siraman cahaya
Mandikan belasan raga
Peluh mengelana
Hasut keras hati
Buang iba kasihani

Apa daya
Aku kecewa
Tak lagi kusapa
Teriak serak membahana
Hentak kaki berirama
Kepulan debu mengasapnya

Hanya lapang hampa
Hampa barisan manusia
Manusia paskibra

Ditengah lapang itu...
Kami mengadu!
Pinta macam dulu
Bukan kenangan dalam kalbu

Continue Reading

Senyuman Perpisahan

Senyuman Perpisahan

Posted by Salma Fauzia W on Juni 15, 2015 in Sekadar Coretan,

Menakutkan, bimbang, dan tiap hari dipenuhi ketidakpastian
Tumbuh bersama perasaan itu
Aku tahu, tak akan merubah apapun

Aku sadar
Selalu kusadari
Ia tidak akan pernah melihat kearahku
Pandangannya jauh
Mungkin terlalu jauh bagiku
Memang jelas, dia belum pergi jauh
Namun, mustahil rasanya bila aku mengikutinya

Pada setiap simpangan dan pertemuan itu,
mungkin hanya nalurikulah yang selalu menjerit
Tak ada sepatah kata
Hanya diam hampa makna
Selalu, selalu, dan selalu seperti itu selama ini
Tak banyak yang berubah

Aku bersyukur masih bisa memandang punggung itu
Ataukah mungkin untuk saat-saat terakhir?

Tak bisa dipungkiri, aku terlalu jauh
Mengartikan tiap gerak-geriknya tanpa kutahu arti yang sebenarnya
Mencari bersama semua risiko
Aku semakin takut!
Tapi, perasaan takut dan semua prasangka buruk itu akan selalu mengingatkanku
Aku bukan siapa-siapa

Dan meski tolehan itu berubah menyakitkan
Senyuman perpisahan akan lahir untuk mengobatinya

Continue Reading

Pilihan dalam Ilusi

Pilihan dalam Ilusi

Posted by Salma Fauzia W on Juni 07, 2015 in Puisi,

Dunia hanya ilusi
Pikiran menghantui
Paksa lurus ke depan
Tatap masa belum datang

Air mata mengalir
Hujani hati terkilir
Raga ini terpinggir
Melenggang dalam kebimbangan
Tenggelam dalam paksaan
Kemana kuberjalan?

Bujukan basi
Manisnya janji
Bernyanyi dalam memori
Angan tetaplah angan
Senyum orang tersayang
Kesanakah kuberjuang?

Ayah...
Ibu...
Maafkan khilafku
Jikalau musnah anganmu

Ayah...
Ibu...
Lepaskan mimpiku
Biarlah kuberlari
Bebaskan kuberani
Keluar dari penjara ilusi

Anakmu merintih
Biarkan aku memilih

Continue Reading

Sunyi

Sunyi

Posted by Salma Fauzia W on Juni 06, 2015 in Sekadar Coretan,

Mengapa aku masih menginginkannya?
Apakah aku masih merasakannya?
Biarlah semua pergi
Tanpa meninggalkan jejak dan bekas
Bebas menjalani ambisi
Karena semua kembali pada diri sendiri
Wajah masam dan hambar itu akan terganti
Meskipun mereka belum banyak mengerti
Aku akan tetap sendiri
Jalani hari dengan mandiri
Bersama para teman pura-pura itu
Aku terkunci!

Continue Reading

Rasa Sakit Menjerit

Rasa Sakit Menjerit

Posted by Salma Fauzia W on Mei 27, 2015 in Sekadar Coretan,

Aku tidak tercengang
Kabar yang langsung kudengar itu sama sekali tak meninggalkan luka
Perih yang kudera selama ini telah melatihku menyusuri luka itu
Dan perasaan ini akan terus melindungiku

Namun, nuraniku menjerit
Seakan ada janggal yang sempit
Kejanggalan tanpa luka
Mengapa aku menyukainya?!
Kutahu, semua ini tak mudah lepas
Tapi, akan semakin membekas
Bekas harapan yang sudah terpendam

Ya Allah, apa ini?
Gilakah aku?
Aku tak mungkin terus berkutat pada seseorang yang telah berpuan itu
Aku ingin bebas
Bebas meninggalkannya
Meskipun harus bersama rasa sakit yang terus melindungiku itu

Continue Reading

Aku

Aku

Posted by Salma Fauzia W on Mei 02, 2015 in Puisi,

Pergi jauh
Jauh.....
Jauh sekali
Lari dari kebencian
Dobrak pintu masa depan

Aku bukan wanita sembarang
Menyerah bukan caraku berjuang
Menangis bukan taktikku menerjang

Merumput bagai lembu
Tiap hari mengais ilmu
Tertatih-tatih taklukkan buku
Berliter-liter tinta kutuangkan
Guna hapus kebodohan
Kebodohan ilusi dunia

Dulu...
Aku mendongak keatas
Menghadap mentari ganas
Dan bertanya
Kapan aku seperti mereka?

Dulu...
Aku hanya kuncup
Nyaliku menutup
Dan bertanya
Bisakah aku seperti mereka?

Anganku terbawa awan
Mungkin tersampaikan Tuhan
Pengorbananku...
Penderitaanku...
Pancarkan pelita kemenangan
Desahku usai
Hirup kesuksesan melambai

Continue Reading

Mereka

Mereka

Posted by Salma Fauzia W on April 02, 2015 in Puisi,

Mereka... 

Mereka itu...

Mau apa mereka padaku?
Apa peduli mereka?

Sendiri...

Mereka biarkanku sendiri 

Awalnya curahkan simpati

Tapi, sekarang apa?! 
Tinggalkanku berjuang sendiri

Berjuang antara gosip murahan

Menerobos kobaran api cemburu

Firasatku jadi nyata

Ragaku tercabik 

Remuk tak karuan

Lunglai tanpa daya 

Senangkah mereka kala itu?

Aku tak berdaya

Aku bukan orang terkemuka 

Tak seperti mereka

Dagu terangkat, berulah sesuka hati 

Biarkan janji diingkari
Acuhkan orang lain sakit hati 

Apa mau mereka?! 

Aku bukan petinggi sekolah

Aku manusia! 

Mereka makhluk Tuhan Yang Maha Esa

Terikat hukum karma 

Pada tiap detik perbuatannya

Continue Reading

Tanpa Arti

Tanpa Arti

Posted by Salma Fauzia W on Maret 27, 2015 in Sekadar Coretan,

Pergi sudah apa yang aku harapkan

Pergi sudah apa yang aku bayangkan 2 tahun lalu

Pergi hilang jauh disana
Lalu kau seakan menemukan sebuah oase di tengah padang pasir,
kau mulai menyukainya kan?

Tenang, aku tak apa

Aku baik

Aku ikhlas

Bersamalah dia

Aku mendukungmu
Aku masih baik karena hal kecil darimu
Hal kecil yang pernah membuatku melayang untuk sementara waktu
Yaitu sebuah salam hangat yang telah busuk
Tatapan sayu yang telah hina
Dan senyum manis yang telah memuakkan hati

Baiklah, aku terima
Tak masalah
Karena sekarang semua sudah hambar
Hambar seperti saat aku belum mengenal siapa kau

Meski kadang aku tak dapat memandangmu tanpa rasa sakit itu
Rasa sakit yang sudah biasa kau buat
Dan membuat semua hal penting seakan tak berarti

Kuucapkan terima kasih banyak
Melatihku menyusuri luka-luka itu
Lalu menunggunya hingga menjadi bekas
Bekas luka yang menjadi hikmahku selama aku menyukaimu

Ya, menyukaimu
Menyukai dirimu
Hingga pergi tanpa arti dan menjauh
Demi sesuatu yang baru
Sesuatu yang lebih kau sukai dariku

Continue Reading

Seperti Masa Itu

Seperti Masa Itu

Posted by Salma Fauzia W on Februari 09, 2015 in Sekadar Coretan,

Entah, aku tak tahu
Bagaimana aku bisa melewati masa itu
Masa yang tidak pernah aku bayangkan
Masa yang tidak pernah aku harapkan
Tapi, itu hanyalah masa bisu yang secara perlahan merusak naluriku

Sungguh, masa itu benar-benar saksi
Saksi dari perubahan rasa ini
Rasa yang masih bimbang untuk kutetapkan

Meski sudah begini
Aku ingin masa itu datang kembali
Walau hanya untuk memutar ulang memori

Ini tak bisa kuungkapkan
Tapi, kenyataan menuntut kepastian asli
Lalu, aku harus bagaimana?

Terkadang, pilu itu kembali menghantam
Dan kesabaran harus segera meredam
Sebelum luka itu datang kembali dan membuatku merasakan penderitaan yang sama

Ingin rasanya pergi jauh darinya
Tapi, tak bisa!
Lalu, aku harus bagaimana?

Kau yang disana...
Aku menunggumu kembali
Di tempat ini, seperti pada masa itu

Continue Reading

Untukmu

Untukmu

Posted by Salma Fauzia W on Februari 09, 2015 in Sekadar Coretan,

Aku tidak ingin kau tahu
Bahwa perasaan ini telah menjalar di sekujur tubuhku

Aku tak harap kau peka
Tapi, sakit rasanya saat kau bersama dia
Ingin diriku menggatikan dia untukmu

Mungkin, aku naif saat orang-orang mengetahui perasaan ini
Tapi, frontal terlalu ekstrem
Aku berusaha seperti yang kau impikan
Tapi, aku juga berusaha tetap bertahan di dalam jati diriku sendiri

Ini memang konyol
Tapi, kau tak perlu tahu
Lagipula kau peduli akan ini?
Haha!! Mana mungkin!
Sudah cukup bila aku yang mengetahuinya sendiri
Menyimpannya seorang diri

Perasaan yang telah lama aku rasakan
Terkadang gugur, terkadang bersemi
Dan itu yang membuatnya tak pasti

Aku tak bakal kehabisan kata untuk mendeskripsikan perasaan ini
Andai kau tahu coretanku ini, kau akan apa?
Jangan marah ya bila aku yang menyukaimu
Aku juga tidak akan menyesal bila nanti kutahu kau tak menyukaiku
Tapi, tolong ijinkan aku untuk terus merangkai kata-kata dan rima seperti ini, untukmu...

Continue Reading