Menulis Seperti Nadin Amizah
Bentar lagi aku pun 20 tahun, sudah buat apa? Sudah berkarya apa?
Komparasi atau refleksi?
Apapun itu tetap saja buat aku ke-trigger. Bukan jadi sedih, bukan. Yaa bagaimana aku bisa jadi sedih kalau 70% receiptify all time-ku ditempati lagu-lagu dalam Selamat Ulang Tahun.
Gambar di atas adalah lagu-lagu yang paling sering kuputar di Spotify hingga 22 September 2020. Semuanya lagu Nadin Amizah. Sejak Nadin merilis album Selamat Ulang Tahun pada Mei 2020, aku jadi makin sering mendengar lagu-lagu Nadin. Melodi lagu yang menenangkan bekerja baik dalam membantuku relaks selama bulan-bulan penuh tekanan. Aku mendengar lagu-lagu itu di mobil waktu pagi hari sebelum ujian seleksi pertamaku di masa pandemi, di siang hari saat membuat catatan, di malam hari saat membuka banyak pesan "menakutkan" di WhatsApp hingga sekadar meredakan perasaan berat sebelum menutup hari yang penat.
Sebelum aku mengecek receiptify, aku sendiri pun awalnya tak mengira aku telah mendengar sesering itu. Namun, sekecil apapun dampaknya, lagu-lagu itu membantuku sedikit lebih berani. Keberanian yang mendorongku tetap berdiri mau siap ga siap. Aku jadi lebih berani ketika aku membuka pintu mobil dan masuk ruang ujian seleksi, menahan ambisi harus selalu "sempurna" pada catatanku, membuka bejibun pesan di ponselku sendiri hingga sekadar tidur tanpa diiringi resah dan amarah. Terima kasih ya, Nadin.
Di tahun 2021 ini, giliran usiaku yang menjadi 20. Menuju berkepala dua, akhir-akhir ini aku jadi beberapa kali kepikiran hal-hal seperti:
Begini jugakah yang Nadin rasakan setahun lalu? Hebat ya dia masih sempat berkarya seindah itu.
Komparasi atau refleksi?
Apapun itu rasanya aku tidak se-insecure tahun lalu. Kondisi yang berbeda pasti juga menjadi faktor pengaruhnya. Bukan ingin berusaha menjadi seperti Nadin, bukan. Aku terpikir saja ingin merayakan tahun hidupku ke-20 dengan karya yang indah juga.
Karya seperti apa? Entahlah, apa saja.
Kalau di KBBI, "karya" berarti pekerjaan, hasil perbuatan, buatan, ciptaan (terutama hasil karangan). Dalam sumber yang sama, "berkarya" diartikan sebagai mempunyai pekerjaan tetap, berprofesi, mencipta (mengarang, melukis, dan sebagainya). Di tulisan ini, aku mendefinisikan karya sebagai hasil perbuatan seorang manusia yang bertanggung jawab atas hidupnya. Kalau Nadin berkarya dengan menulis lagu, aku ingin menulis juga, menulis hal lain atau "lagu" lain.
Menulis sekarang bagiku bukan hanya tentang seberapa banyak puisi yang sudah ditulis sendiri, seberapa larut rasa yang diurai dalam aksara, atau seberapa tebal catatan yang akan dihafal. Menulis juga kumaknai sebagai proses menulis kisah hidup.
Mau menulis apa di kisah sendiri? Mau seindah apa diksi yang merangkainya? Mau sebermakna apa proses menulisnya?
Tentu saja menulis kisah hidup yang kumaksud di sini adalah berkarya/mencipta hidup dari mencoba pengalaman "sebanyak" yang manusia bisa lakukan, terlepas dari kesuksesan dan kegagalan. Teruntuk suratan takdir yang memang sudah ditulis-Nya, biar jadi rahasia. Biar ia tiba sesuai waktu terbaik menurut-Nya. Angan ingin manusia seperti mimpi, target, atau apapun itu disebutnya biar jadi doa yang membantu untuk mendekatkan diri pada-Nya.
Bulan Mei tahun ini, Nadin sudah merilis album lagi. Judulnya Kalah Bertaruh. Mendengarnya, aku yakin Nadin telah melewati banyak hal di usia 20-nya dan hanya membandingkannya dengan apa yang sudah kulewati takkan banyak membantuku dalam berkarya juga. Sebab di bulan Mei saja, bukan hanya Nadin Amizah yang berkarya, semua orang juga. Semua orang juga sedang berkarya, menulis kisah hidup masing-masing.
Apapun medianya, apapun manusia memaknai karyanya, Tuhan sama-sama menyaksikan. Berapapun usianya, berapapun harga untuk sampai di hari itu, pengalaman hidup sama-sama sedang dituliskan dari apapun yang sudah berlalu dan yang sedang dilalui.
Jadi, sudahi insecurenya. Orang lain berkarya dan menulis kisah hidupnya sendiri, biar, selama itu baik mengapa tidak. Sebab daripada saling membandingkan, selama punya kehidupan, siapa saja juga bisa berkarya, bukan?
Satu-satu pengalaman dilalui sebelum tak ada lagi waktu dan kesempatan, mau karya seperti apa yang dituliskan?
Selamat menulis. Selamat menua dengan karya yang baik, siapa saja.
#30haribercerita
#30hbc2108