Senin, 22 Juni 2020


Halo, selamat dini hari, diriku yang sedang menunggu. Menunggu apa yang akan diterima dan dihadapi esok hari. Hari-hari yang rasanya hanya berulang-ulang saja.

Karantina selama pandemi kupikir hal yang mudah. Memang. Asumsi bahwa aku suka tinggal di rumah dan tidak terbiasa "sering" main jauh-jauh menjadi alasanku bertahan #dirumahaja selama kurang lebih tiga bulan ini. Namun, setelah kujalani, ternyata aku tidak malah santai di rumah karena kepalaku menjadi ramai begitu mudah. Mungkin hal itu juga karena aku sedang diberi amanah yang cukup menantang sekaligus menguji tanggung jawabku sebagai seorang manusia, anak, mahasiswa, dan anggota organisasi.

Gawai menjadi barang yang haus dipakai. Kuota internet menjadi pengeluaran yang harus ditata. Mengatur internal diri sesehat mungkin dan menjaga eksternal diri sebaik mungkin adalah yang sedang kuusahakan sekarang. Kadang merasa sangat semangat ingin menyelesaikan semuanya, tapi kadang juga merasa "buat apa" kepada salah satunya. Kadang optimis bisa mengerjakan rencana-rencana, tapi kadang juga banyak capeknya dan meragu "bisa ngga ya?" kepada bayangan masa yang belum tiba. Aku rasa 18 tahunku bukan apa-apa dan ya, tiba-tiba hampir habis begitu saja.

Apa yang sudah didapat setahun ini? Katanya dulu ingin belajar banyak hal. Katanya dulu ingin berdamai dengan hal yang ada. Katanya dulu tidak ingin lagi gagal. Yaa, akhirnya terasa bahwa satu tahun itu cepat sekali. Menjadi dewasa itu memang harus pandai-pandai menahan, ya? Menahan ego bahwa cara kerja dunia tidak pernah sama. Banyak kemungkinan bukan menerima apa yang telah diberi dan bukan pula menuai apa yang telah ditanam.
Ruwet. Sudahlah, jangan terlalu berharap. Just do it. Ga usah khawatir, biar cuaca yang menentukan.
Adalah beberapa kata di antara suara yang riuh dalam kepala. Kutuliskan di sini supaya kapan-kapan aku bisa membacanya lagi lalu bisa berpikir lebih sederhana. Semoga aku tidak kebal begitu saja.

Menunggu apa yang akan diterima dan dihadapi esok hari, mungkin menjadi pertanda bahwa diri masih ingin melanjutkan cerita yang sudah dimulai. Hari-hari yang rasanya hanya berulang-ulang saja, mungkin menjadi titik penentuan: ingin berhasil dengan repetisi yang ada atau mengubah langkah mencoba hal berbeda. Beberapa penentuan memang tidak bisa dijawab hanya dengan penantian. Judul kali ini salah satunya, bukan? Sebuah pertanyaan retoris yang hanya bisa terjawab dengan cara ditahan dan dijalani.

Bisa ngga ya? Kita lihat nanti.

Orek-Orekan Salma . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates