Daripada Menjijikkan, Urine Memberiku Pelajaran
Disclaimer: Postingan ini memuat cerita tentang urine yang cukup berkesan bagiku. Sudah kuusahakan semaksimal mungkin menggunakan kata-kata yang tidak membuat orang jijik membacanya. Jika kamu masih jijik juga dan keberatan membaca, silakan berhenti dan keluar dari halaman ini gapapa. Peace!
![]() |
Awalnya ga enak sama orang rumah, jadi sosoan ngasih tulisan begini di depan kamar mandi :') |
Minggu lalu, aku dimintain tolong temenku, Risma, untuk bantuin penelitian temennya. Jadi, temennya Risma lagi ngumpulin urine manusia buat jadi bahan penelitiannya yang berhubungan dengan pupuk organik cair. Singkatnya, nanti urine itu mau dilihat efeknya buat tanaman. Awalnya, Risma yang dimintain tolong, tapi karena satu dan lain hal, Risma keberatan dan memintaku untuk menggantikannya. Aku bersedia dan tidak kusangka selama prosesnya, aku menyadari hal-hal penting yang perlu kucatat di sini.
Detail penelitiannya ada beberapa. Singkatnya, aku harus menampung dan memberikan urineku selama beberapa hari ke temennya Risma. Awalnya kupikir akan mudah saja karena aku pernah ikut mata kuliah praktikum yang salah satu bahan percobaannya itu urine sendiri. Aku merasa udah terbiasa ga jijik dan berpengalaman nampung urine sendiri. Selain itu, di rumah, Ibuku mendukung. Ibuku ga keberatan dan udah terbiasa juga karena katanya di puskesmas tempat Ibu kerja, pasien banyak yang nampung urine, dahak, bahkan fesesnya sendiri untuk tes kesehatan. Meski ada bukti pengalaman masa lalu dan dukungan Ibu, tanpa motivasi dari dalam diri sendiri, tetep aja pas mau mulai rasanya males. Tiap mau buang air kecil, keinget penelitian, keinget harus nampung urine. Karena belum terbiasa melakukannya terus menerus dalam waktu yang lama, aku merasa ribet.
Setelah mulai terbiasa nampung urine, suatu malam aku menyadari satu hal: aku masih bisa buang air kecil sendiri.
Mungkin karena malam itu aku agak desperate juga wkwkw jadi masih sensitif (sensitif yang bagus karena jadi mindful) hanya karena lagi buang air kecil. Padahal buang air kecil dari pagi juga biasa aja, tapi malam itu, entah kenapa kaya disadarkan kalau bisa buang air kecil sendiri itu hal sederhana yang sebenarnya anugerah besar dari Tuhan. Waktu menyadari aku bisa jongkok aja terharu :") Aku inget ketika habis kecelakaan dan ada luka basah di kakiku waktu itu, jongkok dan buang air kecil aja susah. Aku seperti diingatkan tubuhku sendiri untuk lebih mensyukuri kesehatan yang kupunya saat ini: bisa jalan sendiri ke kamar mandi, bisa jongkok tanpa rasa sakit, warna urine normal alias insyaallah ginjalku sehat, dan setelah buang air kecil aku bisa membersihkan sendiri. Harusnya aku bisa lebih menghargai nikmat itu dengan minum air putih sekitar 2 liter sehari, ga nahan-nahan kencing, makan makanan sehat dan teratur, olahraga rutin, juga termasuk ga begadang. Aku agak kesel kalau inget masih sering gagal buat tidur awal. Kalau dipikir-pikir, selama ini pasti tubuhku udah nahan sekuat tenaga biar tetap sehat meski pola tidurku berantakan. Aku jadi agak terharu sampai sekarang masih bisa buang air kecil dengan baik. Aku ga seharusnya melanggengkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang sebenernya aku udah ngerti itu bisa ngerusak tubuh. Semoga penyakit udah-ngerti-buruk-tapi-masih-aja-dilakuin itu cepet sembuh.
Selanjutnya, kusadari bahwa menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain bisa dimulai dari orang terdekat yang membutuhkan dan aksinya pun bisa jadi sangat sederhana. Buang air kecil aja bisa membawa manfaat buat penelitian orang lain. Asalkan ikhlas, ternyata ada aja berkahnya buatku sendiri, seperti bisa lebih bersyukur dan menuliskan cerita ini di sini. Mungkin kalau ga ikhlas alias sekadar melakukan sesuatu sebagai "people pleaser", jadinya malah capek sendiri dan ga bisa enjoy melakukannya.
Ga semua orang bisa menolak permintaan orang lain begitu saja. Sekalinya bisa menolak, perasaan bersalah muncul terlalu banyak. Namanya orang ga enakan, ga tega liat orang lain susah, tapi membiarkan diri sendiri kesusahan. Aku juga kadang ga enakan begitu karena takut dianggap ga baik atau mempersulit urusan orang lain.
Kalau dipikir-pikir lagi, apakah orang menjadi baik dengan selalu mengiyakan apapun? Dan apakah dengan mengiyakan apapun itu urusan orang lain sudah pasti lebih mudah? Ga juga, kan?
Menurutku, menolak permintaan orang lain karena diri sendiri keberatan melakukannya merupakan sikap menghormati dua pihak. Pertama, menghormati hak dan batasan diri sendiri. Kadangkala orang lain meminta tolong tanpa sebelumnya memahami hal-hal yang sedang kita lalui dan batasi, entah itu hal-hal yang bisa kita jelaskan ke orang lain maupun tidak. Berani menolak menunjukkan seseorang punya pendirian dan sikap tahu diri kalau sedang tidak bersedia menerima permintaan. Kedua, menghormati orang yang meminta bantuan. Lebih baik mana berurusan dengan orang yang sepenuh hati atau setengah hati dalam membantu pekerjaan kita? Bukan hanya tentang apakah pekerjaan akan lebih mudah dilakukan atau tidak, tapi hubungan kita dengan orang lain juga akan lebih mudah kalau orang yang dimintai bantuan itu melakukannya dengan sepenuh hati, kan?
Pada dasarnya, keberanian menolak permintaan orang lain juga tentang jujur pada diri sendiri dan orang tersebut. Aku percaya setiap kejujuran akan membawa keberkahan bagi orang yang melakukannya. Barangkali bagaimana aku bisa menjadi mindful dan menuliskan cerita ini juga tak lepas dari berkah kejujuran Risma untuk menolak permintaan temannya. Teruntuk Risma, kamu ga perlu merasa bersalah. Menolak permintaan orang lain ga menjadikanmu orang ga baik. Malah menurutku, seseorang yang berani jujur itu orang baik. Aku jadi keinget slogan antikorupsinya KPK: berani jujur hebat!
Pada akhirnya, pengalaman nampung urine sendiri ga buruk-buruk amat. Sebenernya kalau nampungnya rapi dan hati-hati, suasana rumah tetap aman terkendali. Jujur aku ga nyangka bisa menghayati pengalamanku nampung urine sedalam ini, dari mulai mengingatkanku tentang rasa syukur sampai keberanian menolak permintaan orang lain. Di paragraf terakhir ini, mari sedikit kita selipkan doa semoga penelitian temennya Risma berjalan lancar dan membawa manfaat untuk lebih banyak orang. Karena dari tahap pengumpulan urinenya aja, aku sebagai sumber bahan penelitiannya mengaku sudah merasakan manfaatnya :)
#30haribercerita
#30hbc23
#30hbc2307