Cosmic Perspective
![]() |
Original photo credit: NASA |
Akhir-akhir ini aku sering mengulik tentang kisah luar angkasa. Bukan kisah konspirasi, bukan. Ini kisah nyata. Aku nonton video YouTube tentang betapa gelap dan senyapnya luar angkasa, zooming in permukaan bulan yang sangat gradakan, astronot yang menggosok gigi di tempat nol gravitasi, hingga monyet dan anjing yang pernah terbang dengan roket. Menarik sekali. Namun, ada beberapa kisah tragis juga. Meski sudah sekian tahun berlalu, tetap menyedihkan untuk melihat transisi ekspresi haru berubah pilu dari orang-orang yang melihat roket Challenger baru saja meluncur tak lama kemudian hancur, detik-detik akhir kondisi tujuh astronot sebelum roketnya meledak dalam Columbia Disaster, hingga ikut deg-degan nonton tiga astronot Apollo 13 berusaha kembali ke bumi dalam tubuh roket yang sudah tak utuh.
Rasanya campur aduk. Membayangkan diri seorang manusia dari planet kecil bumi dilepas ke ruang hampa luas di atas sana, bekerja dengan risiko tinggi atas nama misi ilmu pengetahuan dan teknologi, meninggalkan keluarga yang bangga sekaligus harap-harap cemas.
Sebenarnya sudah cukup nyaman tinggal di bumi. Oksigen melimpah jadi bernapas lebih mudah. Pemandangan beragam warnanya jadi ga bosen kebanyakan item aja. Atmosfer sangat kuat jadi cukup melindungi dari radiasi matahari. Namun, kalau ada kesempatan buat pergi ke luar angkasa, aku ingin pergi juga. Mungkin aja kan di masa depan penduduk bumi bisa pulang pergi minimal paling deket ke bulanlah, misalnya._. Lagian eksplorasi ke luar angkasa masih terus berkembang karena di sana emang luas banget.
Kalian pernah liat video zooming out dari daratan bumi kek ini? Video yang nunjukin POV dari bumi terus naikkk sampe keliatan satu galaksi bima sakti atau milky way, teruss sampe galaksi-galaksi lain keliatan juga, naik terus lagi sampe akhirnya cuma keliatan titik-titik kecil putih. Pokonya manusia keliatan super mini banget kek debu kosmik. POV kaya gini biasanya disebut cosmic perspective, jadi segala sesuatu di bumi keliatan kecil saat dilihat dari perspektif luar angkasa sana.
Kadang kalo masalah sendiri rasanya banyak dan berat banget di kepala, melihat lagi tentang luasnya luar angkasa, rasanya masalah jadi ga seberapa. Itu bukan berarti aku menyepelekan masalah begitu saja. Namanya stres ya tetep aja stres.
Cosmic perspective ada bukan untuk mengecilkan atau menganggap semua masalah jadi ga penting.
Masalah bukan jadi ga seberapa penting, tapi kalau ditinjau dari cosmic perspective, hal-hal di alam semesta ini bisa keliatan kecil dan semuanya sementara. Yang ada di alam semesta banyak, ga cuma manusia aja dan objek-objek luar angkasa pun hanya tinggal atau hidup sementara waktu. Dari zaman dulu sampai sekarang pun bintang-bintang banyak yang hancur dan terbentuk lagi.
Lagipula kalau dilihat sebaliknya dari perspektif luar angkasa yang di-zoom in ke bumi, semuanya tampak kecil dan luas juga. POV dari atas yang turun sampe ke bumi, terus turun sampe masuk ke dalam kulit manusia, terus masukk sampe pembuluh darah, oksigen, kumpulan atom dalem tubuh, struktur atom, sampe akhirnya cuma keliatan titik-titik kecil putih. Pokonya di dalem tubuh manusia secara mikroskopis keliatan luas banget juga. Semua objek mikro itu bisa jadi ikut berubah atau terpengaruh keberadaannya kalau ada sesuatu yang terjadi di tubuh bagian luar. Misalnya, kalau lagi sakit tenggorokan rasanya tenggorokan ga enak. Di dalemnya, sel-sel tenggorokan dan atom-atom penyusunnya juga terdampak. Kalau tubuh dirawat baik-baik dan dijaga kesehatannya, organ tubuh dan dalem-dalemnya pun bisa tertata dan berfungsi dengan baik. Jadi, bukan berarti diri manusia yang keliatan kecil ini ga penting kan?
Alam semesta luas dan udah mengalami banyak banget kejadian, misalnya seperti yang kusebutkan di paragraf pertama cerita ini. Kalau kejadian-kejadian itu dilihat kembali dengan perspektif sekarang, ada yang bisa jadi pelajaran ataupun sekadar pengetahuan. Kejadiannya bukan jadi tidak penting lagi, tapi masalah yang terjadi saat itu bisa jadi berkurang dan euforia yang ada bisa jadi bertambah di masa depan. Ga ada yang permanen di dunia, termasuk permasalahan dan kebahagiaan. Kalau yang bisa dilakukan adalah bertahan, ya bertahan. Kalau bisa dilakukan perubahan, ya mulai direalisasikan. Sama halnya dengan galaksi, matahari, bumi, dan denyut nadi juga akan terus bergerak sampai batas waktunya sendiri yang entah kapan.
You live here (on earth). On this tiny blue planet. Orbiting one of 100,000,000,000 stars in our galaxy which is just one of 200,000,000,000 galaxies in the observable universe. And yet, you're worried about what? What people think of you? You're stressing over school or your job? And listen, I don't mean to say that those things aren't stressful. They are. But sometimes you just need a little bit of cosmic perspective. We are tiny and only exist in this universe for a tiny slice of time, so make the most of it.
#30haribercerita
#30hbc23
#30hbc2301