Banyak orang bilang bahwa dia melakukan sesuatu, berjuang untuk sesuatu, berusaha sungguh-sungguh untuk sesuatu itu tujuannya pembuktian. Entah pembuktian ke orangtua, orang yang pernah ga suka sama dia, ga sedikit juga yang mau membuktikan ke diri mereka sendiri. Tulisan ini spontan kutulis mulai sekitar pukul setengah dua pagi.

Tentang tantangan. Tentang pembuktian.

Saking banyaknya denger orang berjuang atas nama pembuktian, sebenarnya aku agak muak ya. Bukan kesel ke orangnya, tapi lebih ke belum paham aja esensinya dia bisa terus 'semangat' berusaha dan ga berambisi aja. Ngomong-ngomong tentang semangat dan ambisi, aku baru tahu bedanya beberapa waktu lalu setelah sharing dengan kawanku (khop chai na kha, Nisa!). Ya intinya kalau ambisi itu bikin capek, jadi jatuhnya fase keep on fire-nya ga lama, bentar-bentar males lagi. Kalau semangat itu tahan lama fire-nya, jadi kaya istiqomah kalau ga salah. Cmiiw. Atau kamu ada perspektif sendiri tentang ambisi dan semangat? Let me know:)

Jadilah setelah aku mengerti mengapa begitu cepatnya semangatku pudar ya karena mungkin aku bergerak dengan ambisi aja gitu. Cepet kelar, cepet kelar, tapi ga menikmati blas. Capek. Aku tiba di fase "keren banget ya tu anak bisa tahan semangat kaya gitu terus". Iri? Jelas! Aku juga pengen gitu ada motivasi berjuang yang tahan lama. Sebagai orang yang mengamini bahwa motivasi terbaik itu dari diri sendiri, aku agak merasa keras dengan diri sendiri. Keras tubrukan sama malas yang sekali datang bikin capek setengah mati, rasanya sama sekali ga mantap. Tibalah di pikiran-pikiran "gimana dapet essential motivation dari diri sendiri kalau diri sendirinya ga kunjung bener???"

Kuakui aku iri dengan dia yang bisa bagi waktu. Kuakui aku iri dengan dia yang bisa jalanin prioritas. Kuakui aku ga seharusnya iri aja dan tahu bahwa tiap orang ada sendiri tempo waktunya, tapi sampai kapan gitu? Sampai kapan menyala-nyala cuma gara-gara orang lain yang bahkan ga peduli berat badan tahu-tahu turun empat kilo?! Ah, Tuhan, istimewa sekali dia sampai sudi kutuliskan di sini.

Jenuh. Jenuh masa tiap hari? Ya udahlah bukan urusanmu pula. Jadilah aku yang punya banyak due date assignments ini lebih memilih bergoleran di kasur sambil nontonin banyak video YouTube. Aku nonton channel-nya Zhafira Aqyla. Dari vlog jalan-jalan, ngajar, belajar, sampai tiba di vlog Kak Zhaf lagi cerita tentang dia yang ga jadi mau wisuda dalam 3,5 tahun kuliah. Di video itu Kak Zhaf cerita juga tentang keinginannya untuk membuktikan pada dirinya sendiri bahwa dia tetep bisa kok mencapai tujuan-tujuannya meski harus mengubah rencana. Mungkin karena sebelumnya aku sudah menonton wajah Kak Zhaf di video-video lain ya. Video terakhir yang kutonton itu jadi berasa tepat sekali datang padaku di fase saat ini.

Aku ga berniat glorifikasi. Aku cuma mau catet untuk diri sendiri di masa depan, entah seberapa singkat atau lama masa depan yang dimaksudkan, ayo berhenti. Ayo berhenti membenci. Ayo berhenti melanggengkan rasa tidak suka pada hal-hal yang gagal lagi gagal lagi, tapi mau tidak mau harus kau hadapi. Terserahlah hal-hal tidak menyenangkan itu mau disebut apa. Cobaanlah, bencanalah, tantanganlah, ajang pembuktianlah, lu hidup demi apa? Gimana bisa bahagia kalau semuanya dianggap takut, Sal? 

Udah cukup. Berhenti.

Masih banyak laporan yang harus ditulis. Masih banyak resume yang harus dikumpulkan tepat waktu. Masih banyak manusia yang perlu dihubungi. Masih banyak gambar yang ingin ditemui dalam kenyataan. Masih banyak mimpi yang ingin dilanjut. Masih banyak jam tidur yang ingin ditambah. Masih banyak pakaian yang ingin dicoba. Masih banyak rapat yang ingin difokusin. Masih banyak buku yang ingin dibaca. Masih banyak rekaman kuliah yang ingin diputar. Masih banyak lomba yang ingin didaftar. Masih banyak target. Masih banyak penundaan-penundaan yang ingin diselesaikan dan tak lagi diulang!

Berhenti.

Berhenti kamu sibuk setengah mati, tapi tidak istirahat. Berhenti kamu buka hape sepanjang hari, tapi tidak peka atas penat. Berhenti, dan selesaikan dulu daftar-daftar kecilmu. Bukan berarti daftar-daftar itu memperlambatmu mencapai cita-cita terbesarmu, bukan. Bukan berarti target-target terdekat yang harus kamu hadapi sekarang itu menghambatmu untuk melakukan apa yang sebelumnya ingin kamu lakukan, bukan. Bukan berarti fokus menyelesaikan urusan masa sekarang akan menghancurkan masa depanmu atau bahkan mengikis sisi-sisi baikmu, bukan. Kamu hanya melakukan pilihan dan yang sedang kau jalani ini pasti juga sudah dicatat Tuhan.

Tak ada jaminan berhasil semuanya, tapi pun sebaliknya, tak ada jaminan keinginanmu yang lain takkan tercapai semuanya. Kamu hanya diberi kejutan yang sebenarnya kamu pilih sendiri dan gapapa kalau kadang terlalu kaget dengannya.

Jadi berhenti, jangan hanya ambisi, tapi tetap pakai hati. Kadang tampak berjalan pelan sekali, tapi kamu mengerti timeline hidup orang sudah ada sendiri-sendiri. 

Gusti, kula nderek mawon.

Sambil tetap jalan, ambegan, sesungguhnya di saat-saat itu juga kamu sedang membuktikan. Membuktikan banyak hal kepada masa depan yang kiranya akan heran tentang bagaimana bisa kamu melewatinya.

Baik atau buruk nanti hasilnya, peduli apa! Rasa bersalah kadang perlu ada, tapi sekali rasa menyesal ikut keluar, bungkam dia dengan menyelesaikan apa yang masih bisa diusahakan. Dan tetap berusaha ya, meski kadang mengambil jeda, meski menelan pahit sakitnya "gapapa". 

#30haribercerita
#30hbc2107